🕌 : Masjid Imam Muslim, Kaliombo, Kota Kediri Ponpes Imam Muslim Al-Atsariy Kediri
📆 : 29 Rajab 1446 H / 29 Januari 2025
📝 (Resume oleh) : Ust. Fajar Basuki, LC أبو جعفر الغوراهي
*Khutbatul Hajah & Syukur kepada Allah*
Segala puji bagi Allah yang telah memberikan kita nikmat mengenal Islam dan Sunnah. Hadir dalam majelis ilmu adalah anugerah besar, karena dengannya kita senantiasa terikat dengan bimbingan Allah dan mendapatkan pelajaran berharga tentang kebaikan dalam agama. Di antara nikmat terbesar adalah hidayah kepada Islam dan Sunnah.
Mujahid رحمه الله berkata:
“مَا أَدْرِي أَيُّ النِّعْمَتَيْنِ عَلَيَّ أَعْظَمُ: أَنْ هَدَانِي لِلْإِسْلَامِ، أَوْ عَافَانِي مِنْ هَذِهِ الْأَهْوَاءِ”
“Aku tidak tahu, nikmat mana yang lebih besar bagiku: hidayah kepada Islam atau diselamatkan dari berbagai hawa nafsu (bid’ah dan kesesatan).”1
Maka kita selalu berdoa dalam Shalat:
﴾ٱهۡدِنَا ٱلصِّرَ ٰطَ ٱلۡمُسۡتَقِیمَ﴿
“Tunjukilah kami jalan yang lurus.”2
Syaikh As-Sa’di رحمه الله menjelaskan:
أي: دلنا وأرشدنا، ووفقنا للصراط المستقيم، وهو الطريق الواضح الموصل إلى الله، وإلى جنته، وهو معرفة الحق والعمل به، فاهدنا إلى الصراط واهدنا في الصراط. فالهداية إلى الصراط: لزوم دين الإسلام، وترك ما سواه من الأديان، والهداية في الصراط، تشمل الهداية لجميع التفاصيل الدينية علما وعملا. فهذا الدعاء من أجمع الأدعية وأنفعها للعبد ولهذا وجب على الإنسان أن يدعو الله به في كل ركعة من صلاته، لضرورته إلى ذلك.
“Yaitu: tunjukkanlah kami dan bimbinglah kami, serta berikanlah kami petunjuk menuju jalan yang lurus, yaitu jalan yang jelas yang mengarah kepada Allah dan kepada surga-Nya. Jalan ini adalah pengetahuan tentang kebenaran dan mengamalkannya. Oleh karena itu, petunjuk kepada jalan tersebut adalah tetap berpegang pada agama Islam dan meninggalkan agama-agama selainnya, sementara petunjuk dalam jalan tersebut mencakup petunjuk dalam setiap rincian agama, baik dalam ilmu maupun amal. Maka doa ini adalah salah satu doa yang paling komprehensif dan paling bermanfaat bagi hamba, dan karena itu wajib bagi seorang Muslim untuk memohon doa ini kepada Allah dalam setiap rakaat shalatnya, karena ia sangat membutuhkan hal itu.”3
قال طلحة بن عبيد الله البغدادي – رحمه الله -: وافق ركوبي ركوب أحمد بن حنبل في السفينة فكان يطيل السكوت فإذا تكلم قال: اللهم أمتنا على الإسلام والسنة. أخرجه الخطيب في تاريخ بغداد (9/354)
Telah berkata Talhah bin Ubaidillah al-Baghdadi – semoga Allah merahmatinya –: “Aku bersama-sama naik kapal dengan Ahmad bin Hanbal. Dia sering diam, dan apabila berbicara, dia berdoa:
‘Ya Allah, matikanlah kami dalam keadaan Islam dan sesuai dengan Sunnah.’4
📍 *Memperbaiki Keikhlasan dan Ittiba’*
Allah berfirman:
لِيَبۡلُوَكُمۡ أَیُّكُمۡ أَحۡسَنُ عَمَلࣰا
“Agar Dia menguji kalian, siapa di antara kalian yang paling baik amalnya.”5
Ibnul Qayyim رحمه الله juga mengatakan:
فالعارف همّته تَصْحِيح الأساس وإحكامه وَالْجَاهِل يرفع فِي الْبناء عَن غير أساس.
“Orang yang mengenal (Allah), tekadnya adalah memperbaiki pondasi dan menguatkannya, sementara orang yang jahil (tidak mengetahui) membangun sesuatu tanpa dasar yang kuat.”6
📍 *Potret Kesungguhan Salaf dalam Amal Shalih*
Para sahabat sangat perhatian dalam amal shalih. Abu Bakar Ash-Shiddiq رضي الله عنه unggul bukan karena banyaknya ibadah lahiriah semata, tetapi karena keimanan yang kokoh dalam hatinya. Ibn Rajab رحمه الله menukil dari Bakr bin Muzani:
“ما سبقهم أبو بكر بكثرة صيام، ولا صلاة، ولكن بشيء وقر في صدره.”
“Abu Bakar tidak mengungguli mereka dengan banyaknya puasa atau shalat, tetapi karena sesuatu yang tertanam dalam hatinya.“7
📍 *Persiapan Menyambut Ramadhan*
1. Sebagai Bukti Keimanan Allah berfirman:
﴾وَمَن يُعَظِّمْ شَعَٰٓئِرَ ٱللَّهِ فَإِنَّهَا مِن تَقْوَى ٱلْقُلُوبِ﴿
“Barang siapa mengagungkan syiar-syiar Allah, maka itu berasal dari ketakwaan hati.”8
Ibnu Taimiyeah رحمه الله berkata:
“عبادة القلوب هي الأصل.”
“Ibadah hati itulah yang utama.”9
2. Perhatian Salaf terhadap Ramadhan Kaum salaf sangat memperhatikan bulan ini. Mu’alla bin Al-Fadhl رحمه الله berkata:
“كانوا يدعون الله تعالى ستة أشهر أن يبلغهم رمضان، ويدعونه ستة أشهر أن يتقبل منهم.”
“Mereka berdoa kepada Allah selama enam bulan agar dipertemukan dengan Ramadan, dan berdoa enam bulan berikutnya agar amal mereka diterima.”
Yahya bin Abi Katsir رحمه الله juga menambahkan:
“اللَّهُمَّ سَلِّمْنِي إِلَى رَمَضَانَ، وَسَلِّمْ لِي رَمَضَانَ، وَتَسَلَّمْهُ مِنِّي، مُتَقَبَّلًا.”
“Ya Allah, sampaikan aku kepada Ramadan, selamatkan Ramadhan untukku, dan terimalah ia dariku.”10
📍*Mempersiapkan Iman dan Amal*
Rasulullah ﷺ bersabda:
“مَن صامَ رَمَضانَ إيمانًا واحْتِسابًا غُفِرَ له ما تَقَدَّمَ مِن ذَنْبِهِ.”
“Barang siapa berpuasa Ramadhan dengan iman dan mengharap pahala, maka dosa-dosanya yang telah lalu akan diampuni.”11
Maka, persiapan terbaik menyambut Ramadhan bukan hanya fisik, tetapi hati yang bersih, iman yang kuat, dan amal yang penuh keikhlasan.
📍 Majelis Ilmu: Mengenal Agama dan Nilai Syariat
Salah satu cara untuk mengenal agama dengan benar adalah menghadiri majelis ilmu, di mana kita dapat memahami syariat Islam dengan lebih baik.
📍 Persiapan Menuju Akhirat
Kita semua akan kembali kepada Allah, dan yang bermanfaat bagi kita bukanlah harta atau keturunan, melainkan hati yang bersih* Allah ﷻ berfirman:
یَوۡمَ لَا یَنفَعُ مَالࣱ وَلَا بَنُونَ إِلَّا مَنۡ أَتَى ٱللَّهَ بِقَلۡبࣲ سَلِیمࣲ
“Pada hari ketika harta dan anak-anak tidak lagi berguna, kecuali orang yang datang kepada Allah dengan hati yang bersih.”12
Amal ibadah adalah sarana utama untuk memperbaiki diri, dan Allah memberikan kesempatan berulang kali untuk memperbaiki amal kita, terutama dalam musim-musim kebaikan seperti 10 hari pertama Dzulhijjah dan 10 hari terakhir Ramadhan. Allah memerintahkan kita untuk menjadikan ketakwaan sebagai bekal terbaik dalam perjalanan kehidupan ini:
﴾وَتَزَوَّدُوا۟ فَإِنَّ خَیۡرَ ٱلزَّادِ ٱلتَّقۡوَىٰ﴿
“Berbekallah, dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah ketakwaan.”13
Ibnul Qayyim رحمه الله berkata:
“فاعلم أن العبد إنما يقطع منازل السير إلى الله بقلبه وهمته لا ببدنه: والتقوى في الحقيقة تقوى القلوب لا تقوى الجوارح.”
“Ketahuilah bahwa perjalanan menuju Allah ditempuh dengan hati dan semangat, bukan sekadar dengan tubuh. *Hakikat takwa adalah takwa hati, bukan sekadar takwa fisik.”14
Rasulullah ﷺ juga bersabda:
“إنَّ اللَّهَ لا يَنْظُرُ إلى صُوَرِكُمْ وأَمْوالِكُمْ، ولَكِنْ يَنْظُرُ إلى قُلُوبِكُمْ وأَعْمالِكُمْ.”
“Sesungguhnya Allah tidak melihat rupa dan harta kalian, tetapi Dia melihat hati dan amal kalian.”15
📍 Menuntut Ilmu: Jalan Menuju Kemuliaan
Menuntut ilmu adalah sarana utama untuk memperbaiki diri dan mencapai kedudukan mulia dalam Islam. Allah berfirman:
وَمَن یُطِعِ ٱللَّهَ وَٱلرَّسُولَ فَأُو۟لَـٰۤىِٕكَ مَعَ ٱلَّذِینَ أَنۡعَمَ ٱللَّهُ عَلَیۡهِم مِّنَ ٱلنَّبِیِّـۧنَ وَٱلصِّدِّیقِینَ وَٱلشُّهَدَاۤءِ وَٱلصَّـٰلِحِینَۚ وَحَسُنَ أُو۟لَـٰۤىِٕكَ رَفِیقࣰا
“Dan barang siapa menaati Allah dan Rasul-Nya, mereka akan bersama dengan orang-orang yang Allah beri nikmat, yaitu para nabi, orang-orang yang jujur, para syuhada, dan orang-orang shalih. Dan mereka itulah teman yang terbaik.”16
Ibnul Qayyim رحمه الله berkata:
“فمن طلب العلم ليحيى به الإسلام فهو من الصديقين ودرجته بعد درجة النبوة.”
“Barang siapa yang menuntut ilmu untuk menghidupkan Islam, maka ia termasuk dalam derajat para shiddiqin, yang kedudukannya setelah kenabian.”17
📍 Evaluasi Diri: Sudah Berapa Kali Menjumpai Ramadhan?
Kita sudah berulang kali menjumpai Ramadhan, tetapi apa bekasnya dalam diri kita?
قيل لبشر الحافي : أن قومًا يتعبدون في رمضان ويجتهدون في الأعمال ، فإذا انسلخ تركوا! قال: بئس القوم قوم لا يعرفون الله إلا في رمضان
“Dikatakan kepada Bishr al-Hafi: “Ada sekelompok orang yang beribadah di bulan Ramadan dan berusaha keras dalam amal-amal, tetapi ketika Ramadan berlalu, mereka meninggalkan itu semua.” Bishr al-Hafi menjawab: “Alangkah buruknya suatu kaum yang hanya mengenal Allah di bulan Ramadhan!”18
Dalam sebuah hadits, Rasulullah ﷺ bersabda:
“رَغِمَ أنْفُ رجلٍ ذكِرْتَ عندهُ فلم يُصَلّ عليّ، ورغمَ أنفُ رجلٍ دخل عليه رمضانَ ثم انْسَلَخ قبل أن يُغْفر لهُ، ورغمَ أنفُ رجلٍ أدركَ عنده أبواهُ الكبر فلم يُدْخلاهُ الجنةَ.”
“Celakalah seseorang yang disebut namaku di hadapannya tetapi ia tidak bershalawat kepadaku. Celakalah seseorang yang bertemu dengan Ramadhan tetapi ia tidak mendapatkan ampunan. Celakalah seseorang yang memiliki orang tua yang lanjut usia, tetapi tidak menjadikannya sebab untuk masuk surga.”19
📍Hidayah Tergantung pada Kesungguhan* Allah berfirman:
وَٱلَّذِینَ جَـٰهَدُوا۟ فِینَا لَنَهۡدِیَنَّهُمۡ سُبُلَنَا وَإِنَّ ٱللَّهَ لَمَعَ ٱلۡمُحۡسِنِینَ
“Dan orang-orang yang bersungguh-sungguh dalam (mencari keridhaan) Kami, pasti Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang berbuat ihsan.”20
Ibnul Qayyim رحمه الله berkata:
“والذين جاهدوا فينا لنهدينهم سبلنا، علق سبحانه الهداية بالجهاد، فأكمل الناس هداية أعظمهم جهاداً، وأفرض الجهاد: جهاد النفس وجهاد الهوى وجهاد الشيطان وجهاد الدنيا، فمن جاهد هذه الأربعة في الله هداه الله سبل رضاه الموصلة إلى جنته.”
“Allah menggantungkan hidayah dengan jihad. Maka, manusia yang paling banyak mendapatkan hidayah adalah mereka yang paling besar perjuangannya. Dan jihad yang paling wajib adalah jihad melawan hawa nafsu, jihad melawan syahwat, jihad melawan setan, dan jihad melawan dunia. Barang siapa bersungguh-sungguh dalam keempat jihad ini, Allah akan memberinya hidayah menuju jalan-jalan yang mengantarkan ke surga.”21
📍 Mempersiapkan Hati: Mempersiapkan Iman
Rasulullah ﷺ bersabda:
“مَن صامَ رَمَضانَ إيمانًا واحْتِسابًا غُفِرَ له ما تَقَدَّمَ مِن ذَنْبِهِ، ومَن قامَ لَيْلَةَ القَدْرِ إيمانًا واحْتِسابًا غُفِرَ له ما تَقَدَّمَ مِن ذَنْبِهِ.”
“Barang siapa berpuasa Ramadhan dengan penuh keimanan dan mengharap pahala, maka dosanya yang telah lalu akan diampuni. Dan barang siapa menghidupkan malam Lailatul Qadar dengan iman dan mengharap pahala, maka dosanya yang telah lalu akan diampuni.”22
Di antara faidah mempersiapkan hati adalah agar kita dapat memaksimalkan keberkahan Ramadhan. Rasulullah ﷺ juga bersabda:
“قد جاءكم رمضانُ، شهرٌ مُبارَكٌ، افترضَ اللهُ عليكم صِيامَه، تُفتَحُ فيه أبوابُ الجنَّةِ، وتُغلَقُ فيه أبوابُ الجحيمِ، وتُغَلُّ فيه الشياطينُ، فيه ليلةٌ خيرٌ مِن ألفِ شهرٍ، مَن حُرِمَ خيرَها فقد حُرِمَ.”
“Telah datang kepada kalian bulan Ramadhan, bulan yang penuh berkah. Allah mewajibkan puasa atas kalian di bulan ini. Pintu-pintu surga dibuka, pintu-pintu neraka ditutup, dan setan-setan dibelenggu. Di dalamnya terdapat satu malam yang lebih baik dari seribu bulan. Barang siapa yang terhalang dari kebaikannya, sungguh ia telah terhalang.”23
📍 Keberkahan Ramadhan: Pintu-Pintu Kebaikan Terbuka
📍 Keberkahan adalah kebaikan yang melimpah.
📍 Di bulan ini, pahala dilipatgandakan dan pintu surga dibuka.
📍 Bagaimana mungkin seorang mukmin tidak bergembira menyambutnya?
Ibn Rajab Al-Hanbali رحمه الله berkata:
“تهنئة الناس بعضهم بعضاً بشهر رمضان، كيف لا يبشر المؤمن بفتح أبواب الجنان، كيف لا يبشر المذنب بغلق أبواب النيران، كيف لا يبشر العاقل بوقت يغل فيه الشياطين، من أين يشبه هذا الزمان زمان!”
“Sebagian orang saling memberi kabar gembira tentang datangnya Ramadhan. Bagaimana mungkin seorang mukmin tidak berbahagia dengan terbukanya pintu-pintu surga? Bagaimana mungkin seorang pendosa tidak bahagia dengan tertutupnya pintu-pintu neraka? Bagaimana mungkin seorang yang berakal tidak gembira dengan waktu di mana setan-setan dibelenggu? Tidak ada waktu yang bisa menyamai bulan ini!”24
Rasulullah ﷺ bersabda:
“إذا كانَت أوَّلُ ليلةٍ من رمضانَ صُفِّدتِ الشَّياطينُ ومَرَدَةُ الجنِّ، وغُلِّقت أبوابُ النارِ فلم يُفتحْ منها بابٌ، وفُتِحت أبوابُ الجنَّةِ فلم يُغلَقْ منها بابٌ، ونادى منادٍ: يا باغيَ الخيرِ أقبِلْ، ويا باغيَ الشَّرِّ أقصِرْ. وللهِ عُتَقاءُ منَ النارِ وذلكَ في كلِّ ليلةٍ.”
“Apabila malam pertama bulan Ramadhan tiba, setan-setan dan jin-jin yang jahat dibelenggu, pintu-pintu neraka ditutup hingga tak satu pun yang terbuka, dan pintu-pintu surga dibuka hingga tak satu pun yang tertutup. Seorang penyeru berseru: ‘Wahai pencari kebaikan, majulah! Wahai pencari keburukan, berhentilah!’ Dan Allah memiliki banyak hamba yang dibebaskan dari neraka, setiap malam di bulan Ramadhan.”25
Hadits ini menggambarkan betapa besar nikmat Allah di bulan Ramadhan. Orang yang berhak masuk neraka dibebaskan seperti budak yang dimerdekakan. Seruan:
“يا باغي الخير أقبل”
(Wahai pencari kebaikan, majulah!)
adalah panggilan bagi hati-hati yang ingin berubah.
📍 Bergembira dengan Karunia Allah
Allah ﷻ berfirman:
قُلۡ بِفَضۡلِ ٱللَّهِ وَبِرَحۡمَتِهِۦ فَبِذَٰلِكَ فَلۡیَفۡرَحُوا۟ هُوَ خَیۡرࣱ مِّمَّا یَجۡمَعُونَ
“Katakanlah: Dengan karunia Allah dan rahmat-Nya, hendaklah mereka bergembira! Itu lebih baik daripada apa yang mereka kumpulkan.”26
Syaikh As-Sa’di رحمه الله berkata:
“وإنما أمر الله تعالى بالفرح بفضله ورحمته؛ لأن ذلك مما يوجب انبساط النفس ونشاطها، وشكرها لله تعالى، وقوتها، وشدة الرغبة في العلم والإيمان الداعي للازدياد منهما.”
“Allah memerintahkan untuk bergembira dengan karunia dan rahmat-Nya, karena hal itu akan membuat jiwa lebih lapang, semangat dalam bersyukur kepada Allah, semakin kuat, dan semakin bersemangat dalam ilmu dan iman yang mendorong untuk terus bertambah dalam kebaikan.”27
Bisa jadi Ramadhan ini adalah yang terakhir bagi kita. Ini adalah kesempatan terakhir untuk memperbaiki diri. Jika tidak berubah di Ramadhan, lalu kapan? Jika tidak bertobat di Ramadhan, lalu kapan? Sebagian ulama berkata:
“فإن لم تصلح في رمضان فمتى تصلح؟”
“Jika kamu tidak memperbaiki diri di bulan Ramadhan, maka kapan lagi?”
📍Persiapan Hati, Itu yang Paling Penting
Menguatkan Iman agar Ibadah dilakukan dengan Senang dan Riang Gembira. Salah satu tanda keimanan yang benar adalah ketika seseorang merasa bahagia dengan amal shalih dan bersedih karena perbuatan dosanya. Rasulullah ﷺ bersabda:
“مَن سرَّته حسنَتُه وساءته سيِّئتُه فهو مؤمنٌ.”
“Barang siapa yang merasa senang dengan amal baiknya dan merasa sedih dengan dosanya, maka ia adalah seorang mukmin.”28
Rasulullah ﷺ bersabda dalam hadits qudsi:
“قالَ اللَّهُ: كُلُّ عَمَلِ ابْنِ آدَمَ له، إلَّا الصِّيامَ؛ فإنَّه لي، وأَنا أجْزِي به، والصِّيامُ جُنَّةٌ، وإذا كانَ يَوْمُ صَوْمِ أَحَدِكُمْ فلا يَرْفُثْ ولا يَصْخَبْ، فإنْ سابَّهُ أَحَدٌ أَوْ قاتَلَهُ، فَلْيَقُلْ: إنِّي امْرُؤٌ صَائِمٌ. والذي نَفْسُ مُحَمَّدٍ بيَدِهِ، لَخُلُوفُ فَمِ الصَّائِمِ أطْيَبُ عِنْدَ اللَّهِ مِنْ رِيحِ المِسْكِ. لِلصَّائِمِ فَرْحَتَانِ يَفْرَحُهُما: إِذَا أَفْطَرَ فَرِحَ، وَإِذَا لَقِيَ رَبَّهُ فَرِحَ بِصَوْمِهِ.”
“Allah berfirman: Setiap amal anak Adam adalah untuknya, kecuali puasa. Puasa itu untuk-Ku, dan Aku sendiri yang akan membalasnya. Puasa adalah perisai. Jika seseorang sedang berpuasa, maka janganlah ia berkata kotor dan jangan bertengkar. Jika ada yang mencacinya atau mengajaknya bertengkar, hendaklah ia berkata: ‘Sesungguhnya aku sedang berpuasa.’ Demi Dzat yang jiwa Muhammad berada di tangan-Nya, sungguh bau mulut orang yang berpuasa lebih harum di sisi Allah daripada aroma kasturi. Bagi orang yang berpuasa ada dua kebahagiaan: kebahagiaan ketika berbuka dan kebahagiaan ketika bertemu dengan Rabb-nya karena puasanya.”29
📍 Gembira ketika berbuka dikaitkan dengan gembira saat bertemu Allah.
Orang yang beriman tidak merasa terbebani dengan puasa, karena puasa membawa banyak kebaikan. Inilah ciri iman yang benar: hati yang sehat dan tidak berpenyakit. Rasulullah ﷺ bersabda:
“ثَلاثٌ مَن كُنَّ فيه وجَدَ حَلاوَةَ الإيمانِ: أنْ يَكونَ اللَّهُ ورَسولُهُ أحَبَّ إلَيْهِ ممّا سِواهُما، وأَنْ يُحِبَّ المَرْءَ لا يُحِبُّهُ إلّا لِلَّهِ، وأَنْ يَكْرَهَ أنْ يَعُودَ في الكُفْرِ كما يَكْرَهُ أنْ يُقْذَفَ في النّارِ.”
“Ada tiga hal yang jika seseorang memilikinya, ia akan merasakan manisnya iman: (1) Allah dan Rasul-Nya lebih ia cintai daripada selainnya, (2) mencintai seseorang hanya karena Allah, dan (3) membenci untuk kembali kepada kekufuran sebagaimana ia benci dilempar ke dalam neraka.”30
Manisnya iman hanya bisa dirasakan oleh orang yang hatinya bersih.
📍 Mempersiapkan Diri agar Puasa Begitu Bernilai di Sisi Allah
Seseorang tidak akan merasakan nikmatnya ibadah jika hatinya masih terhalang oleh kemunafikan. Allah berfirman tentang sifat orang munafik dalam ibadah:
إِنَّ ٱلْمُنَٰفِقِينَ يُخَٰدِعُونَ ٱللَّهَ وَهُوَ خَٰدِعُهُمْ وَإِذَا قَامُوا۟ إِلَى ٱلصَّلَوٰةِ قَامُوا۟ كُسَالَىٰ يُرَآءُونَ ٱلنَّاسَ
“Sesungguhnya orang-orang munafik itu hendak menipu Allah, tetapi Allah-lah yang akan membalas tipuan mereka. Jika mereka berdiri untuk shalat, mereka berdiri dengan malas, mereka hanya riya’ di hadapan manusia.”31
Ibnu Alusi رحمه الله menjelaskan:
“Mereka berdiri dengan malas, tanpa semangat, seperti orang yang terpaksa. Mereka tidak mengharap pahala dan tidak takut terhadap siksa Allah.”32
Sebaliknya, orang mukmin yang jujur dalam imannya akan merasakan kenikmatan ibadah. Rasulullah ﷺ bersabda:
“حُبِّبَ إلي من الدنيا، النساءُ، والطِّيبُ، وجُعِلَ قرةُ عيني في الصلاةِ.”
“Aku dijadikan mencintai tiga hal di dunia ini: wanita, wewangian, dan dijadikan penyejuk hatiku dalam shalat.”33
📍 Bagaimana agar Hati Menikmati Ibadah?
Seseorang yang sehat akan menikmati makanan yang enak. Begitu pula hati yang sehat akan menikmati ibadah.
Ibnul Qayyim رحمه الله berkata:
“وسمعت شيخ الإسلام ابن تيمية قدس الله روحه يقول: إذا لم تجد للعمل حلاوة في قلبك وانشراحًا فاتهمه، فإن الرب تعالى شكور، يعني أنه لا بد أن يثيب العامل على عمله في الدنيا من حلاوة يجدها في قلبه وقوة انشراح وقرة عين، فحيث لم يجد ذلك فعمله مدخول.”
“Aku pernah mendengar Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah رحمه الله berkata: Jika kamu tidak merasakan manisnya amal dalam hatimu dan tidak merasa lapang, maka curigailah amal itu. Karena Allah itu Maha Bersyukur (Maha Menghargai), yang berarti Dia pasti memberi pahala bagi seorang hamba di dunia berupa manisnya amal dalam hati, kelapangan jiwa, dan ketenangan. Jika seseorang tidak merasakan hal itu, maka ada sesuatu yang salah dalam amalnya.”34
Allah juga berfirman:
وَٱللَّهُ شَكُورٌ
“Dan Allah Maha Bersyukur.” Yaitu Allah akan memberi balasan yang besar untuk amal yang sedikit.”35
Jangan sampai Ramadhan Berlalu Tanpa Perubahan. Orang awam sering menghindari puasa, tetapi jangan sampai kita juga demikian karena kurangnya persiapan hati. Ramadhan adalah kesempatan emas untuk memperbaiki diri. Rasulullah ﷺ mengajarkan kita doa:
“سَلوا اللهَ عِلمًا نافعًا وتعَوَّذوا باللهِ مِن علمٍ لا ينفعُ.”
“Mintalah kepada Allah ilmu yang bermanfaat, dan berlindunglah kepada-Nya dari ilmu yang tidak bermanfaat.”36
Ibn Rajab رحمه الله berkata:
“العلم النافع، هو ما باشر القلوب فأوجب لها السكينة والخشية والإخبات لله والتواضع والانكسار له، وإذا لم يباشر القلوب ذلك من العلم، وإنما كان على اللّسان، فهو حُجّة الله على ابن آدم.”
“Ilmu yang bermanfaat adalah ilmu yang merasuk ke dalam hati, menenangkan jiwa, menumbuhkan rasa takut kepada Allah, menundukkan hati, dan merendahkan diri kepada-Nya. Jika ilmu hanya sebatas di lisan, maka itu adalah hujjah Allah atas manusia.”37
📍 Memanfaatkan Musim Kebaikan
Ramadhan adalah waktu yang penuh keberkahan dan kesempatan untuk memperbanyak amal shalih. Allah ﷻ berfirman:
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ كُتِبَ عَلَيْكُمُ ٱلصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى ٱلَّذِينَ مِن قَبْلِكُمْ
“Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kalian berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kalian.”38
Syaikh As-Sa’di رحمه الله menjelaskan:
“Karena puasa termasuk syariat yang bermanfaat bagi umat manusia di setiap zaman, maka umat Islam juga diperintahkan untuk menunaikannya. Ini juga menjadi motivasi agar mereka berlomba-lomba dalam menyempurnakan ibadah, mempercepat kebaikan, dan tidak merasa berat dengan kewajiban puasa ini.”39
Ramadhan akan lebih maksimal jika dipersiapkan sejak bulan Sya’ban. Rasulullah ﷺ ditanya oleh Usamah bin Zaid رضي الله عنه:
“يا رسولَ اللَّهِ! لم أركَ تَصومُ شَهْرًا مِنَ الشُّهورِ ما تصومُ مِن شَعبانَ؟”
“Wahai Rasulullah! Aku tidak melihat engkau banyak berpuasa di bulan-bulan lain sebagaimana engkau berpuasa di bulan Sya’ban?” Maka Rasulullah ﷺ menjawab:
“ذلِكَ شَهْرٌ يَغفُلُ النَّاسُ عنهُ بينَ رجبٍ ورمضانَ، وَهوَ شَهْرٌ تُرفَعُ فيهِ الأعمالُ إلى ربِّ العالمينَ، فأحبُّ أن يُرفَعَ عمَلي وأَنا صائمٌ.”
“Itu adalah bulan yang sering dilupakan manusia, antara bulan Rajab dan Ramadhan. Di bulan itu amal-amal diangkat kepada Rabb semesta alam, dan aku ingin amalanku diangkat dalam keadaan berpuasa.”40
Bulan Sya’ban adalah kesempatan melatih diri sebelum masuk Ramadhan. Namun, Rasulullah ﷺ juga mengingatkan agar tidak berpuasa setelah pertengahan bulan Sya’ban bagi yang tidak terbiasa:
“إذا انتصفَ شعبانُ فلا تَصوموا.”
“Jika telah masuk pertengahan bulan Sya’ban, maka janganlah kalian berpuasa.”41
⚠️ Bagi yang sudah terbiasa berpuasa sunnah (misalnya Senin-Kamis), maka tidak mengapa melanjutkan puasa di bulan Sya’ban. Namun, bagi yang tidak terbiasa, sebaiknya tidak memulai puasa menjelang Ramadhan agar tidak terasa berat nantinya. Jangan seperti Orang Awam Banyak orang hanya semangat beribadah saat Ramadhan, tetapi setelah itu kembali lalai. Alhamdulillah, kita berada di lingkungan yang dekat dengan majelis ilmu. Penisbatan diri sebagai seorang penuntut ilmu harus dibuktikan dengan amalan yang nyata.
✴️ Ramadhan adalah musim terbaik untuk mengamalkan ilmu yang telah kita pelajari! Semoga Allah memberikan kita taufik untuk mempersiapkan hati dan amal sebelum Ramadhan tiba.
Lihat selengkapnya di Youtube kami.
- (Riwayat Ad-Darimi, no. 248) ↩︎
- (QS. Al-Fatihah: 6) ↩︎
- (Tafsir As-Sa’di) ↩︎
- Diriwayatkan oleh al-Khatib dalam Tariikh Baghdad (9/354) ↩︎
- (QS. Al-Mulk: 2) ↩︎
- [Al-Fawaa-id hal. 156] ↩︎
- (Latha’if Al-Ma’arif, hlm. 148) ↩︎
- (QS. Al-Hajj: 32) ↩︎
- [Majmu’ Fatawa 17/485] ↩︎
- (Latha’if Al-Ma’arif, hlm. 148) ↩︎
- (HR. Al-Bukhari, no. 2014) ↩︎
- (QS. Asy-Syu’ara: 88-89) ↩︎
- (QS. Al-Baqarah: 197) ↩︎
- (Al-Fawa’id, hlm. 141) ↩︎
- (HR. Muslim, no. 2564) ↩︎
- (QS. An-Nisa: 69) ↩︎
- (Miftah Dar As-Sa’adah, 1/121) ↩︎
- [Miftah al-Afkar li-Ta’ahhub li Dar al-Qarar” (2/283)] ↩︎
- (HR. At-Tirmidzi, no. 3545; Ahmad, no. 7444) ↩︎
- (QS. Al-Ankabut: 69) ↩︎
- (Al-Fawa’id, hlm. 59) ↩︎
- (HR. Al-Bukhari, no. 2014; Muslim, no. 760) ↩︎
- (HR. An-Nasa’i, no. 2106; Ahmad, no. 8991, dishahihkan oleh Syaikh Syu’aib Al-Arnauth) ↩︎
- (Latha’if Al-Ma’arif, 1/148) ↩︎
- (HR. At-Tirmidzi, no. 682; Ibnu Majah, no. 1642, dishahihkan oleh Al-Albani) ↩︎
- (QS. Yunus: 58) ↩︎
- (Tafsir As-Sa’di, hlm. 367) ↩︎
- (HR. Al-Albani, Syarh Ath-Thahawiyah, no. 395, shahih) ↩︎
- (HR. Al-Bukhari, no. 1904; Muslim, no. 1151) ↩︎
- (HR. Al-Bukhari, no. 6941; Muslim, no. 43) ↩︎
- (QS. An-Nisa: 142) ↩︎
- (Ruh Al-Ma’ani, 5/175) ↩︎
- (HR. An-Nasa’i, no. 3939; Ahmad, no. 13079, hasan shahih menurut Al-Albani) ↩︎
- (Madarij As-Salikin, 2/68) ↩︎
- (QS. At-Taghabun: 17, Tafsir Ibnu Katsir) ↩︎
- (HR. Ibnu Majah, no. 3114, hasan menurut Al-Albani) ↩︎
- (Majmu’ Ar-Rasail, 1/296) ↩︎
- (QS. Al-Baqarah: 183) ↩︎
- (Tafsir As-Sa’di, hlm. 86) ↩︎
- (HR. An-Nasa’i, no. 2356; Ahmad, no. 21753, dishahihkan oleh Al-Albani) ↩︎
- (HR. Abu Dawud, no. 2337; At-Tirmidzi, no. 738; Ibnu Majah, no. 1651, dishahihkan oleh Al-Albani) ↩︎